17 August 2008

Sholatku yang Terakhir

Allahu Akbar….

Aku bergumam, mengumandangkan doa iftitah, mulutku terus berkomat-kamit menyebut asma Allah yang Maha Sempurna. Pandanganku kuteguhkan hanya pada satu titik, tempat aku bersujud di depan yang Maha Melihat. Sekali-kali kupejamkan mata untuk mengembalikan konsentrasiku agar jangan lalai dalam menjalani ibadahku ini. Bisikan syetan mulai datang, menggoda kekusyukan-ku. Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berlindung dari godaan syetan yang terkutuk. Tiba-tiba aku merasakan, ada sesuatu yang masuk ke dalam tubuh ini. Sesuatu yang membuat dadaku berdegub dengan kencang.

Godaan itu kembali datang, aku teringat akan kematian pamanku yang masih berusia 48 tahun. Aku bersyukur kepada Allah, karena pamanku meninggal pada saat dia telah memahami bahwa dunia ini seperti bangkai kambing. Dia meninggal setelah menunaikan sholat tahajudnya yang terakhir. Dia meninggal setelah merasakan nikmatnya mengecap keridho’an dalam beribadah. Dia meninggal setelah memberi pesan terkahir kepadaku, “Janganlah engkau beribadah hanya untuk mendapatkan pahala atau syurga, karena bila Allah tidak menjadikan syurga dan neraka, apakah kamu masih mau menyembah Allah? Cobalah beribadah hanya untuk mencari keridho’an-Nya.” Kata-kata itu sering tergiang di telinga ini. Tak terasa, air mataku jatuh menetes membasahi pipi. Dia Meninggal dengan tenang, semoga Allah menerima segala amal perbuatannya.

Ya Allah, Engkau ciptakan aku dari setetes mani, Engkau tiup roh ke dalam segumpal dagingku, Engkau tuntun aku untuk mengisap makanan dalam perut Ibuku tercinta, Engkau memaksa aku keluar dari rahimnya, dan aku menangis ketika pertama sekali melihat dunia ini. Dunia yang penuh dengan pertumpahan darah, peperangan, permusuhan, dengki bahkan malaikatpun bertanya kepadaMu, “Mengapa Engkau ciptakan manusia yang hanya membuat pertumpahan darah dan kerusakan di muka bumi ini?”. Bahkan gunung dan lautan, menolak amanah yang akan Engkau bebankan kepada mereka, tetapi kami sebagai manusia menerima amanah itu, karena kami memang benar-benar bodoh. Hanya Engkau yang Maha Mengetahui. Aku memandang tempat sujudku, bergerak-gerak, mengembang dan mengecil. Engsel dibelahan pahaku terasa berpindah, kakiku semakin bergetar. Dan pandanganku semakin kabur.

Engkau Maha Pengasih dan Penyayang, Kasih kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, tetapi hanya sayang kepada mereka yang ikhlas dalam mengerjakan semua amal ibadah yang Engkau perintah. Sayang hanya kepada hambamu yang benar-benar sabar dalam menjalani hidup ini. Sayang hanya kepada mereka yang merasa selalu diawasi oleh-Mu. Aku tersenyum, membayangkan rasa sayang yang akan diberikan kepada Allah, tetapi kembali aku menangis, aku bertanya, “Apakah Allah menyayangiku ?????”

Segala Puji bagi-Mu, Tuhan sekalian Alam. Syukur aku ucapkan kepadaMu ya Allah, karena begitu besarnya nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku hari ini dan hari-hari kemarin. Hari ini, Engkau berikan aku kesehatan, sehingga aku bisa beribadah dengan khusuk. Hari ini juga, Engkau telah memberikan nikmat berupa makanan yang lezat, Engkau beri nikmat melalui senyum dan tawa dari anakku, dan Engkau beri nikmat berupa air mata, tempat aku menumpahkan segala beban yang kurasakan karena ketidakmampuanku untuk membalas semua kebaikan dan nikmat yang telah Engkau berikan. Ya Allah, memang tidak ada sesuatupun yang layak dipuji selain Engkau. Aku merasakan ada seseorang yang mendekatiku, dari samping dan belakangku. Berpakaian serba putih, “Siapakah mereka?” ujarku dalam hati. Jantung ini semakin berdegub, tanganku juga merasakan getarannya.

Yang menjadikan hari Pembalasan. Memang aku layak untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatannya. Hukum hanya milik Engkau ya Allah. Engkaulah yang bisa memberikan keputusan yang seadil-adilnya. Engkau mengetahui segala perbuatanku baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Tidak ada rahasia antara pembicaraanku dengan seorang temanku melainkan Engkau yang ketiga. Tidak ada rahasia antara pembicaraan aku dengan sekelompok orang, melainkan Engkau mendengar semua itu. Tidak ada kebaikan dan kejahatan yang kecil ataupun besar yang lolos dari pengawasanmu. Semua akan terungkap pada hari kebangkitan nanti. Ya Allah, betapa malunya aku bila memikirkan hal tersebut. Betapa malunya Aku, bila Engkau dan para malaikat melihat segala perbuatan jahatku. Betapa malunya Aku bila membayangkan hal itu di hari pembalasan nanti. Ya Allah, ampunkan dosaku, ampunkan kesalahanku, jangan engkau bebankan aku dengan beban diluar batas kemampuanku. Aku terjatuh, tidak sanggup rasanya menahan beban yang sangat berat ini. Menangis, seperti seorang anak yang kehilangan ibunya. Menangis seperti seorang istri yang ditinggal suami. Ya Allah, berilah aku kekuatan untuk kembali berdiri, meneruskan sholatku ini. Tiba-tiba aku merasakan kekuatanku kembali lagi, aku mencoba berdiri. Dan kembali berusaha melanjutkan sholatku.

Hanya Engkau yang Aku sembah, dan hanya kepada-Mu, aku memohon pertolongan. Aku tidak patut meminta pertolongan kepada-Mu, sebelum aku berserah diri kepadaMu. Tidak layak rasanya, meminta begitu banyak kepadaMu, sementara aku banyak melupakanMu. Hari-hariku, disibukkan dengan pekerjaanku. Terkadang, panggilan azan tidak memberikan makna apa-apa kepadaku. Padahal, maut senantiasa datang, dan tidak ada seorangpun yang dapat menghambatnya. Siapa yang bisa menjamin kehidupanku, sementara Nyawaku ada ditangan-Mu. Ya, Allah, jangan Engkau membuat aku lalai dalam sholat, yang selalu mengundur-ngundurkan sholat, dan merasa diri ini akan hidup lama. Ya Allah, hidup dan matiku, ibadahku, hanya untukMu. Aku rasakan telapak tanganku yang berkeringat, aku mencoba menggeggam tanganku yang kiri lebih erat lagi.

Tunjukkanlah Aku yang luas dan lurus. Ya Allah, tanpa petunjukMu, aku mungkin sudah mati sejak kecil. Dengan petunjukMu-lah seorang bayi bisa menangis bila dia haus atau lapar. Dengan petunjukMu juga, seorang bayi bisa mengisap air susu ibunya. Dan dengan petunjukMu melalui tangisan tersebut, seorang ibu bisa mendengar dan memenuhi segala kebutuhan anaknya. Sejak kecil, aku seharusnya memohon petunjukMu, agar aku dapat secara terus menerus memperbaiki dan meningkatkan akhlak dan derajat kerohanianku. Tanpa petunjukMu, kami pasti akan sama dengan hewan. Tanpa petunjukMu, akal ini tidak akan bisa berpikir untuk memahami dan memikirkan seluruh ciptaanMu. Tanpa petunjuk-Mu juga, pasti kami akan tersesat. Ya Allah, beribu terima kasih aku ucapkan, karena dengan petunjukMu melalui Qur’an dan sunah Rasullullah, aku mengetahui kemana aku harus melangkah. Bimbinglah terus hamba-Mu yang lemah ini ya Allah.

Ya Allah, Tunjukkanlah kepada kami jalan mereka yang telah Engkau Beri Nikmat, bukan jalan mereka yang Engkau Murkai dan Bukan pula jalan mereka yang Sesat.

Ya Allah, penuhilah permintaanku….Aku sudah tidak sangup lagi bertahan, jatuh kembali, air mataku kembali bercucuran. Aku jatuh dalam keadaan sujud. Dada ini sungguh benar-benar berguncang. Jantungku terasa berhenti. Segala beban yang selama ini kurasakan, sirna sudah. Aku merasa melayang, naik tinggi ke atas. Aku memandang ke bawah dan melihat seorang manusia yang tengah sujud di atas sajadah merah yang basah. Basah karena air mata. Tubuhnya sudah tidak bergerak lagi, terpaku dalam keadaan sujud.

No comments: