17 August 2008

SABAR TIADA BATAS

“Tidak ada orang yang berputus asa dari Rahmat Tuhannya kecuali orang-orang yang sesat.” (Surah Al Hijr ayat 56)

Sabar menurut para agamawan sebagai menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginan demi mencapai sesuatu yang lebih baik. Sabar memiliki beberapa tingkatan rohani, dan menurut Said Nursi dalam Bukunya RIsalah An-Nur, terdapat 3 (tiga) jenis kesabaran.

  1. Sabar melawan godaan-godaan diri sendiri secara jasmaniah dan menahan diri dari dosa-dosa. Ini adalah takwa dan membuat orang yang sabar menjadi lambang dari firman Allah, “Ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang sabar.”
  2. Mampu memikul penderitaan. Ini adalah kepercayaan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Kesabaran ini menyadarkan orang yang sabar bahwa dia adalah lambang dari firman Allah, “Sesunguhnya Alah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.”
  3. Ketaatan beribadah kepada Allah. Karena ketaatan tersebut Allah mengangkat derajat orang-orang yang sabar menjadi hamba yang sempurna dan dicintai-Nya, yang merupakan tingkat rohani yang paling tinggi.

Suatu ketika Rasulullah SAW, menemukan seorang wanita yang sedang menangis dihadapan sebuah kubur. Nabi kemudian bersabda kepadanya, “Bertawakallah kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu menjawab, “Pergilah ! Jangan ikut campur urusanku. Engkau tidak tertimpa seperti apa yang menimpaku.” Wanita tersebut tidak mengenal nabi sehingga sewaktu disampaikan kepadanya bahwa yang menasehatinya itu adalah Rasulullah, ia sadar dan menyesal. Kemudian ia mengunjungi Nabi Saw. dirumah beliau. Ia menyampaikan penyesalannya itu dengan berkata, “Aku tidak mengenalmu.” Nabi menjawab, “Hakikat kesabaran dinilai pada saat-saat pertama dari kedatangan malapetaka bukan setelah berlalu sekian waktu.”

Sudah umum kita melihat seseorang yang ditimpa musibah atau malapetaka, sering mengikuti hawa nafsunya, sehingga akan meronta, menggerutu dalam berbagai cara dan terkadang merugikan berbagai pihak bahkan ada yang berputus asa dan menumpahkan kekesalannya kepada Allah Swt. Hawa nafsu yang diikutinya, tidak akan membawa kebaikan kepadanya. Malah akan merugikan dirinya sendiri. Allah berfirman dalam Surah Al-Hadid ayat 22 yang berbunyi, “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” Sehingga orang-orang yang tidak memahami ayat tersebut, dapat dikatakan sesat, sesuai dengan surah Al-Hijr ayat 56 diatas. Menggerutu dalam berbagai cara termasuk penyakit hati, yaitu bentuk ketidaksabaran kita dalam menerima ketentuan dari Allah. Ada hadits qudsi yang menyatakan bahwa "Barang siapa yang tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas musibah dari-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan keimanan penuh pada-Nya, dengan ketinggian keyakinan akan segala kehendak-Nya, lahir rasa tawakkal dalam diri kita. Kita masih mampu bersyukur, walau mendapat musibah. Bukankah Nikmat yang telah diberikan Allah SWT lebih besar dibanding dengan musibah yang ditimpakan-Nya. Kita tidak akan mampu menghitung besarnya Nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT. Kita harus yakin bahwa Allah SWT pasti mempunyai rencana lain yang lebih baik, karena Allah lebih Mengetahui mana yang terbaik bagi hamba-Nya :“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Q.S.Al-Baqaroh : 216).

Bila seseorang yang ditimpa musibah, misalnya musibah atas meninggalnya orang tua, anak atau istri yang sangat disayanginya, akan merasakan luapan emosi yang tidak tertahankan, serasa ingin meledak dan melampiaskannya dengan berbagai cara menuruti kehendak nafsu. Dalam keadaan seperti ini, orang tersebut memiliki pertahanan jiwa yang amat lemah, akal pikirannya juga mudah dipengaruhi, yang maaf kata, apabila kita berikan pisau, dia akan mampu untuk membunuh semua orang yang berada disekelilingnya, bahkan membunuh dirinya sendiri. Memang pada kondisi semacam ini, akan banyak syetan yang masuk ke dalam tubuhnya, yang berupaya agar orang tersebut lalai dari mengingat Allah. Hal ini merupakan dorongan nafsu naluri dan bisikan syetan. Bagi mereka yang memiliki fondasi keimanan yang kuat, bila mengalami kejadian seperti diatas, maka ia akan menyerahkan seluruhnya kepada ketentuan Allah SWT, seraya mengucapkan Innalillahi wainnalillahi rojiun, Memang banyak cara untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu caranya yaitu dengan berwuduk, kenapa berwudhuk ? Karena gejolak tersebut berasal dari syetan, yang sering memanfaatkan kelemahan seseorang baik dalam kesedihan yang mendalam maupun dalam kesenangan. Kita sudah ketahui melalui suatu hadits bahwa setan terbuat dari api, yang berarti dapat dipadamkan dengan air. Dan alangkah baiknya bila kita teruskan dengan Shalat. Shalatlah yang khusuk, utarakan semua keluhan kita dihadapan-Nya. Menangislah dan mohon petunjuk kepada-Nya, dan mohon diberikan jalan yang terbaik dalam menghadapi musibah ini. Allah SWT pasti akan mengabulkan permintaan orang-orang yang teraniaya.

Rasulullah bersabda, “Betapapun seorang Muslim ditimpa kesulitan, Allah akan menjadikannya sesudah kesulitan itu kelapangan, karena sesungguhnya satu kesulitan tidak akan mampu mengalahkan dua kelapangan.”

Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab, dalam bukunya tafsir Al Quran, mengatakan bahwa, jika seorang hamba Allah mengalami kesulitan, maka pertama-tama yang harus dilakukannya adalah berusaha mengatasinya dengan upaya sendiri. Bila ia gagal, maka hendaklah ia mencari bantuan dari sesama makhluk. Ini semua disertai doa kepada Allah Swt. Terkadang doa dan usaha seseorang belum juga terpenuhi, Allah seakan-akan membiarkan hambanya letih dalam berdoa atau dalam mengemis kepada-Nya. Maka pada saat itu ada dua kemungkinan yang dihadapi oleh seorang hamba.

  1. Ia berputus asa dan marah kepada Allah, dan menganggap Allah berlaku tidak adil, padahal dia Maha Agung lagi Maha Adil
  2. Ia menyadari bahwa tiada daya dan tiada upaya kecuali atas restu Allah semata, sekaligus ia menyadari bahwa rupanya masih ada kekurangan di dalam usahanya atau ada hikmah dibalik semua yang terjadi ini. Nah disini yang bersangkutan akan merasakan kelapangan bahkan menemukannya.

Jangan mempersalahkan Allah jika kesulitan belum juga teratasi. Demikian juga jika Allah menangguhkan diterimanya permohonan Anda. Sebab mempermasalahkan-Nya akan menambah kesulitan dan memperbesar kegelisahan. Berusahalah sebaik mungkin dan iringi dengan doa, sebab jika permohonan anda tidak atau belum dipenuhi disini, anda tetap tidak akan merugi. Bukankah dengan berusaha dan berdoa anda hidup dalam curahan harapan disamping keyakinan bahwa disana (akhirat) pasti anda akan menemukan suatu imbalan yang tidak terduga.

Nabi Muhammad Saw bersabda, “Pada hari kebangkitan nanti, ada hamba-hamba Allah yang menemukan dalam kitab amalan yang dibagikan kepadanya ganjaran amal-amal yang dirasakan tidak pernah dilakukannya. Kepada mereka disampaikan bahwa itulah ganjaran doa yang usaha-usahanya di dunia yang dinilainya gagal atau tidak terpenuhi.”

Dengan pernyataan-pernyataan di atas, kita diharapkan semakin menyadari hakekat sabar tersebut. Sabar memang tiada berbatas.

2 comments:

peluangusaha said...

Assalamu'alaikum ..
Maaf sebelumnya, ada 3 tulisan di atas merupakan tulisan yang pernah saya buat pada saat saya di Pesantren darul mursyid. Apakah itu memang tulisan anda atau sekedar kutipan dari tulisan saya. Mohon konfirmasinya, terima kasih

Wassalam

Edi Akmal

Anonymous said...

lebay amat, ilmu yang anda miliki kan dari ALLAH, itu untuk disebarkan, mengapa anda pake main klaim saja, bukankah malah tambah baik... tulisan anda dibaca orang lain, dmn org lain itu tidak tahu anda, ibadah anda akan lebih diterima